
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada mulanya, aliran kebatinan
dan kepercayaan memiliki akar sejarah pertumbuhan yang cukup panjang dan lama
sejak ratusan tahun yang lampau. Aliran ini lahir dari hasil proses
perkembangan budaya, buah renungan dan filsafat nenek moyang, yang kemudian
terpaku menjadi adat istiadat masyarakat turun temurun hingga sekarang.
Mayoritas aliran kepercayaan menjadikan adat istiadat ini sebagai pedoman
ajaran yang sangat dipegang teguh yang dihayati dan diamalkan
Kebatinan
Jawa sebenarnya adalah peninggalan tradisi agama Jawa asli sebelum adanya
pengaruh agama-agama besar (Hindu, Buddha, Islam dan Kristen). Setelah masuknya Hindu, Buddha, Islam dan Kristen, maka terjadilah
akulturasi budaya dimana agama asli penduduk bercampur dengan agama baru.
Dalam proses akulturasi itu,
terjadi beberapa kemungkinan. Pertama, unsur-unsur agama baru
diterima akan tetapi unsur agama lama tidak hilang dan bercampur dengan unsur
agama baru (contoh: Islam abangan dimana ia menyebut dirinya Islam, tetapi
melaksanakan upacara-upacara selamatan dan tidak berdoa sebagaimana mestinya
orang Islam). Kedua, unsur-unsur agama baru makin menguat dan
mendominasi unsur agama lama makin menghilang (contoh: agama Kristen dalam
budaya Batak). Ketiga, unsur agama baru bercampur dengan unsur
agama lama dan menghasilkan agama baru yang memiliki ciri tersendiri (contoh:
agama Hindu Bali berbeda dengan ajaran Hindu di Hindustan).Keempat,
unsur agama lama mengalami revival dan menjadi menonjol meskipun menggunakan juga
unsur-unsur agama baru (contoh: agama Wudu di Brasilia). Di sini kita akan
mempelajari berbagai aliran kebatinan atau kepercayaan yang berkembang di Jawa.

Jawa merupakan salah satu pulau
diantara lima pulau terbesar di Indonesia. Jawa adalah pulau terpadat dan
merupakan pusat dari pemerintahan Indonesia. Namu jika ditinjau dari dimensi
kultural; jawa merupakan sebuah suku yang penuh dengan tradisi-tradisi berbau
mistik.
Istilah kepercayaan dan
kebatinan, sebenarnya masih ada istilah-istilah lain. Rahmat Subagyo menyebutkan
nama kejiwaan dan kerohanian. Kejiwaan adalah ajaran yang menunjukan ilmu hidup
benar, budi pekerti baik, atau pemeliharaan jiwa yang dicari secara ilmiah dan
metodis. Adapun kerohanian ialah ajaran yang lebih menekankan aspek mistisisme,
yakni bagaimana manusia mencapai kontak langsung dengan yang mutlak.
Kamil Kartapraja memberikan
istilah Kejawen, yakni ajaran yang berupa pengetahuan dan praktik-praktik
ritual Jawa Asli (animisme) ; dan klenik, yakni ilmu yang bersifat rahasia dan
merupakan praktik-praktik mistik yang menyeleweng dari agama yang dianut
B. rumusan masalah
1. apa pengertian aliran kebatinan
2. sejarah timbulnya aliran
kebatinan
3. pandangan aliran terhadap tuhan.
4. cara beribadah dan hari besar aliran kebatinan
C. tujuan
Untuk menambah wawasan tentang
aliran kebatinan dan menghilangkan paradigma negatif tentang aliran kebatinan

PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aliran Kepercayaan
Dan Kebatinan
Menurut sejarah perkembangan
dan kehidupan Aliran Kepercayaan dan Kebatinan, jumlah dan macamnya selalu
bertambah dan berkurang. Masing-masing aliran mempunyai ciri khusus yang
berbeda dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, nampaknya sulit untuk memberikan
suatu definisi atau batasan yang dapat mencangkup semua aliran dengan sempurna.
Pengertian harfiah memberikan, namun belum menggambarkan pengertian terminologi
yang total. Aliran kepercayaan dapat disebut aliran kebatinan, kerohaniaan,
kejiwaan, kejawen, dan lain sebagainya.“ Aliran “ berarti haluan pendapat (
pandangan hidup, politik, dsb ) yang timbul dari suatu paham.“
Kepercayaan” dari asal kata “percaya” mendapat awalan ke dan akhiran an’
artinya iman, keyakinan, hal menganggap bahwa sesuatu itu benar.Percaya berarti membenarkan suatu keterangan dari
keterangan yang bermacam-macam yaitu : keterangan umum, keterangan ilmiah,
keterangan falsafi, dan keterangan agama. Jadi, Aliran Kepercayaan adalah suatu
aliran yang berkaitan dengan alam ghoib yang tidak bisa di akali oleh manusia.
Dan Aliran Kebatinan adalah aliran yang mengeluarkan kekuatan kebatinan dalam
diri manusia.
Batin artinya dalam hati ;
mendapat awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’ berarti keadaan batin; segala sesuatu
yang tercantum dalam hati orang. Ilmu bathin artinya pengetahuan yang bertalian
dengan jiwa, mistik, dll. Secara harfiah ‘aliran kepercayaan’ dapat diartikan
haluan pendapat tentang keyakinan terhadap keterangan agama. Sedang ‘aliran
kebatinan’ berarti haluan pendapat tentang sesuatu yang tercantum dalam hati
orang atau haluan pendapat tentang pengetahuan yang bertalian dengan jiwa dan
mistik.
Menurut Badan Kongres Kebatinan
Indonesia ( BKKI ) di Solo tahun 1956 menyatakan bahwa Aliran kebatinan adalah
sumber azas sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budhi luhur, guna
kesempurnaan hidup
Rahmat Subagya mendefinisikan
aliran kebatinan adalah segala usaha dan gerakan untuk merealisasikan
daya bathin manusia
Sumantri Mertodipuro; Kebatinan
adalah cara ala Indonesia mendapatkan kebahagiaan….kebatinan memperkembangkan
inner reality, kenyataan rohani

Presiden Soeharto
mendefinisikan bahwa Aliran Kepercayaan adalah keyakinan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa diluar agama atau tidak termasuk kedalam agama.
Ø Sapto Darma
berasal dari bahasa Jawa Kuno terdiri dari dua
suku kata. Sapto berarti tujuh dan Dharmo berarti kewajiban. Jadi Sapto Dharma
adalah nama sebuah aliran kebatinan yang mendasarkan ajarannya kepada
pelaksanaan tujuh kewajiban.
Sapta Darma adalah yang termuda dari kelima gerakan
kebatinan yang terbesar di Jawa yang didirikan tahun 1955 oleh guru agama
bernama Hardjosaputro yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri
Gutomo. Beliau berasal dari desa Keplakan dekat Pare, Kediri. Ia dilahirkan pada
tahun 1910, dan meninggal pada tanggal 16 Desember 1964.Berbeda dengan keempat
organisasi yang lain, Sapta Dharma beranggotakan orang-orang dari daerah
pedesaan dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota. Walaupun
demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi ajarannya
adalah kitab Wewarah Sapta Dharma.
Walaupun budaya kebatinan ada di
seluruh daerah di Jawa, namun Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa agaknya
masih merupakan tempat dimana terdapat paling banyak organisasi kebatinan. Dalam tahun 1970 ada 13 organisasi kebatinan disana, lima diantarannya
dengan anggota sebanyak antara 30-70 orang, tetapi ada satu yang anggotannya
sekitar 500 orang dalam tahun 1970. Sepuluh lainnya adalah
organisasi-organisasi yang besar, yang berpusat dikota-kota lain seperti
Jakarta, Yogyakarta, Madiun, Kediri, dan sebagainya.[28]
B.
Cara beribadah
menurut Sapta Darma
Dari fenomena
dan kejadian-kejadian aneh, Keyakinan akan sebuah petunjuk dan termasuk juga
tugas berat, semakin mendalam bagi Bapak Hardjosapoero dan sahabat-sahabatnya,
setelah diterimanya wahyu-wahyu Sapta Darma bertambah lengkap, dan ke depannya
menjadi ajaran ibadah kelompok ini:
a. Wahyu Sujud
adalah memuat ajaran tentang tata cara ritual sujud/ menyembah kepada Tuhan
(Allah Hyang Maha Kuasa) bagi Warga Sapta Darma.
b. Wahyu Racut
adalah memuat ajaran tentang tata cara rohani manusiauntuk mengetahui alam
langgeng atau melatih sowan/ menghadap Hyang Maha Kuasa.
c. Wahyu Simbol
Pribadi Manusia menjelaskan tentang asal mula, sifat watak dan tabiat manusia
itu sendiri, serta bagaimana manusia harus mengendalikan nafsu agar dapat
mencapai keluhuran budi.
d. Wewarah
Tujuh, merupakan kewajiban hidup manusia di dunia sekaligus merupakan pandangan
hidup dan pedoman hidup manusia. Dalam Wewarah Tujuh tersebut tersirat
kewajiban hidup manusia dalam hubungannya dengan Allah Hyang Maha Kuasa,
Pemerintah dan Negara, nusa dan bangsa , sesama umat makluk sosial, pribadinya
sebagai makluk individu, masyarakat sekitar dan lingkungan hidupnya serta
meyakini bahwa keadaan dunia tiada abadi.
e. Wahyu
Sesanti yang cukup jelas dan gampang dimengerti oleh siapapun, membuktikan
suatu etika/ciri khas Sapta Darma yang menitik beratkan kepada warganya harus
bermakna dan berguna bagi sesama umat/ membahagiakan orang lain (tansah agawe
pepadang lan maraning lian).
Selanjutnya
semakin hari semakin bertambah orang-orang yang menjalankan ajaran Sapta Darma.
Apa yang diterima Bapak Hardjosapoero ternyata belum berakhir, karena pada
tanggal 27 Desember 1955 jam 24.00, beliau menerima wahyu Gelar Sri Gutama yang
berarti Pelopor Budi Luhur dan selaku Panutan Agung, yang ditandai hujan lebat
semalam suntuk.
3. Ajaran
Pokok
a. Tujuh
Kewajiban Suci (Sapto Darmo)
Penganut Sapta
Darma meyakini bahwa manusia hanya memiliki 7 kewajiban atau disebut juga 7
Wewarah Suci, yaitu:
1) Setia dan
tawakkal kepada Pancasila Allah (Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Kuasa, dan Maha Kekal).
2) Jujur dan
suci hati menjalankan undang-undang negara.
3) Turut
menyingsingkan lengan baju menegakkan nusa dan bangsa
4) Menolong
siapa saja tanpa pamrih, melainkan atas dasar cinta kasih.
5) Berani
hidup atas kepercayaan penuh pada kekuatan diri-sendiri.
6) Hidup dalam
bermasyarakat dengan susila dan disertai halusnya budi pekerti.
7) Yakin bahwa
dunia ini tidak abadi, melainkan berubah-ubah (angkoro manggilingan).
b. Panca Sifat
Manusia
Menurut Sapta
Darma, manusia harus memiliki 5 (lima) sifat dasar yaitu:
1) Berbudi
luhur terhadap sesama umat lain.
2) Belas kasih
(welas asih) terhadap sesama umat yang lain.
3) Berperasaan
dan bertindak adil.
4) Sadar bahwa
manusia dalam kekuasaan (purba wasesa) Allah.
5) Sadar bahwa
hanya rohani manusia yang berasal dari Nur Yang Maha Kuasa yang bersifat abadi.
c. Konsep
Peribadatan
Konsep ibadah
dalam Sapto Darmo tercermin pada ajaran mereka tentang Sujud Dasar. Sujud Dasar
terdiri dari tiga kali sujud menghadap ke Timur. Sikap duduk dengan kepala
ditundukkan sampai ke tanah, mengikuti gerak naik sperma yakni dari tulang
tungging ke ubun-ubun melalui tulang belakang, kemudian turun kembali. Amalan
seperti itu dilakukan sebanyak tiga kali. Dalam sehari semalam, pengikut Sapto
Darmo diwajibkan melakukan Sujud Dasar sebanyak 1 kali, sedang selebihnya
dinilai sebagai keutamaan.
e. Menyatu
dengan Tuhan
Sebagai hasil
dari amalan Sujud Dasar, mereka meyakini dapat menyatu dengan Tuhan dan dapat
menerima wahyu tentang hal-hal ghaib. Mereka juga meyakini, orang yang sudah
menyatu dengan Tuhan bisa memiliki kekuatan besar (dahsyat) yang disebut
sebagai atom berjiwa, akal menjadi cerdas, dan dapat menyembuhkan atau
mengobati penyakit.
C.
Sejarah
Budaya Kebatinan
Keberadaan
aliran
Kebatinan atau dapat disebut
juga kepercayaan dalamwujudnya sebagai organisasi yang beraneka macam serta
dalam jumlah yang tiada sedikit, barang kali itu boleh dipandang sebagai
fenomena baru, oleh karena organisasi-organisasi aliran kepercayaan itu pada umumnya baru muncul setelah
proklamasi kemerdekaan.Sebagian di antaranya memang telah ada sejak zaman
colonial Belanda, sekitar abad 20 ini. Akan tetapi apabila dilihat dari aspek
ajarannya yang intinya adalah mistik Islam
Kejawen, sesungguhnya memiliki akar yang cukup panjang sepanjang
sejarah perkembangan Islam di Jawa. Faham Kebatinan telah ada sejak Islam
bersentuhan dengan budaya Jawa Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam
dan hindu budha itulah yangmenghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi ciri
khas aliran kepercayaan.Faham Kebatinan ini dalam proses perkembangannya
senantiasa didukung oleh golongan priyayi, yaitu golongan keluarga istana dan
pejabat pemerintahan kraton.Mereka termasuk ke dalam kategori orang-orang Islam
abangan lapisan atas, yakni orang-orang Islam yang kurang mengetahui
ajaran-ajaran Islam dan oleh karenanya tidak mengamalkan syari’at Islam.
Mereka masih mempertahankan budaya Hindu, sementaraIslam yang datang kemudian
dipandang sebagai unsur tambahan. Unsur Islam diperlukanuntuk melengkapi kata-kata
atau ungkapan-ungkapan yang diperlukan ajaran mistik.Dalam mistik priyayi ini,
tidak ada bedanya antara Yang Mutlak (Tuhan) denganmanusia.Faham Islam Kejawen
sesungguhnya telah mulai masuk di kalangan istana/kratonsejak pemerintahan
sultan Tranggono di kesultanan Demak. Penghulu istana Demak ituialah sunan
Geseng, saudara seperguruan Syekh Siti Jenar, yang mengajarkan
mistik manunggaling kawulo gusti. Dan menantu Sultan Tranggono dari
putrinya yang tertuayaitu Jaka Tingkir atau Mas Karebet adalah dari golongan
Islam Kejawen. Di sampingsebagai menantu Sultan, dia semula adalah sebagai
bupati di Pengging, menggantikankedudukan ayahnya, yaitu Ki Kebo Kenanga. Dia
juga termasuk salah seorang muridSyekh Siti Jenar. Sementara itu kakeknya,
Prabu Andayaningrat dari Pangging juga,adalah menantu Prabu Brawijawa ke V dari
Majapahit. Dan sewaktu kerajaan Demak sudah berdiri, Andayaningrat tetap
berusahan untuk melanjutkan dinasti Majapahitdengan segala tradisinya.Tatkala
Jaka Tingkir keluar sebagai pemenang dalam perebutan dengan AryaPenangsang
kemudian ia dikukuhkan sebagai sultan tahun 1550 menggantikan sultan Trenggono
dengan gelar Sultan Hadiwijaya, maka ibukota kerajaan dipindah dari
Demak ke Pajang, sebab disana banyak penganut Islam Kejawen yang mendukung pemerintahannya,
sehingga pada tahun 1568 terjadi pergeseran yang menyebabkan olehnya diusahakan penyesuaian Islam dengan agama
siwa Budha dan dengan resmidiwujudkan dalam bentuk ajaran wihdatul wujud
atau manunggaling kawula gusti sebagaidasar falsafat kerajaan, pergeseran itu
diusahakan atas prakarsa ki Ageng Pengging (KiKebo Kenanga) ayah Jaka Tingkir.
Sehingga saat itu terjadi polarisasi kehidupan beragama, disatu pihak ada
kelompok lama yang secara murni melaksanakan syari’atIslam dan di lain pihak
terdapat para bangsawan dan prajurit islam yang masihmelaksanakan kebiasaan
adat kraton yang sinkretis yang biasa disebut kaum abangan.Saat para kyai
Indonesia banyak yang pergi haji ke mekkah dan banyak mempelajariislam yang
murni disana, setelah itu menyebarkan islam yang murni di Indonesia
danmembentuk gerakan-gerakan reformasi, dan arus modernisasi Barat semakin
mengacammenjadikan semangat keberagamaan kejawen juga semakin meningkat, mereka
bangkitmempertahankan apa yang dianggap sebagai nilai asli Jawa.Dan pada saat
kemerdekaan kebatinan sangat berkembang pesat terutama saat pasca
kemerdekaan Banyak para ahli ilu social maupun ilmu agama yang menganalisadan
memberikan pendapatnya kenapa aliran kebatian pada saat itu tumbuh begitu
pesat.Hal itu antara lain di samping dimungkinkan karena adanya pernyataan
kebebasan beragama yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 29, juga karena
berbagai krisis yangtimbul pada masa perjuangan membela
kemerdekaan
menuntut orang mencari peganganhidup, penguat batin.
a.
Keberadaan
Aliran
Sebagian kecil dari budaya
kebatinan ini biasanya mempunyai anggota tak lebih dari 200 orang namun ada
yang beranggotakan lebih dari 1000 orang yang tersebar di berbagai kota di Jawa
dan terorganisasi dalam cabang-cabang. Dan lima aliran tersebar adalah
Hardapusara dari Purworejo, Susila Budi Darma ( SUBUD ) yang asalnya berkembang
di Semarang, Paguyupan Ngesti Tunggal ( Pangestu ) dari Surakarta, Paguyuban
Sumarah dan Sapta dari Yogyakarta.
b. Sebab-sebab timbulnya aliran
kebatinan dan kepercayaan
Banyak hal yang mengakibatkan
timbulnya aliran kebatinan dan kepercayaan di Indonesia. Dilihat dari sudut
pandang antropologi timbulnya aliran kebatinan atau bahkan juga agama (agama
wadl’I ) adalah disebabkan oleh pengalaman hidup manusia yang selalu menghadapi
kesulitan dan pengalaman menyelesaikan masalah yang sangat rumit bahkan mungkin
tidak dipecahkan. Pada dasarnya aliran kebatinan itu timbul karena terjadi
respon terhadap sesuatu yang terjadi atau tantangan yang datang dari lingkungan
dimana manusia itu berada.
Sebab timbulnya aliran
kebatinan dan kepercayaan itu diantaranya dapat disimpulkan sebagai berikut :
“ Islam masuk Indonesia,
khususnya Jawa, dengan jalan damai dan dengan toleransi tinggi terhadap
keyakinan yang ada sebelumnya yaitu Hindu-Budha dan agama primitive, Ada
sekelompok orang yang mencampur adukan ajaran agama-agama dengan cara mengambil
unsur dan ajaran dan keyakinan yang paling baik pula.
Dari sekelompok non-muslim
menganggap bahwa agama-agama itu khusunya Islam, adalah agama impor, maka
mereka menolak dan bahkan mereka itu menentang ajaran Islam.
Bagi mereka yang menganggap
bahwa agama-agama itu bukan asli Indonesia ( Jawa ), mereka ingin kembali dan
mencari yang Jawa asli. Mereka menghendaki agama yang benar-benar murni
dan asli dari Tuhan yang diperuntukkan bagi setiap individu.Sekelompok orang
yang ingin memasyhurkan nama, dengan membuat praktek perdukunan dan perguruan
kebatinan.
Karena kekacauan politik,
ekonomi, social, budaya dan keagamaan, karena sulit mengatasi masalah tersebut,
orang cenderung untuk menanggulanginya melewati jalan spiritual meninggalkan
duniawi menengadah kelangit untuk mendapatkan ketentraman jiwa menghindarkan
diri dari penderitaan. Jalan yang sering ditempuh untuk menanggulangi
masalah, tidak lagi mengikuti hukum alam, tetapi lebih suka menggunakan hal-hal
ghaib yang tidak sejalan dengan logika.
D.Perbandingan Aliran Kebatinan Dan Agama Islam
Tujuan utama dalam Tasawuf adalah pengalaman dan
kesadaran berhubungan dengan Tuhan secara langsung, berada sedekat-dekatnya
dengan Tuhan secara sadar sehingga seseorang merasa berada dihadirat Tuhan.
Tuhan dihayati sebagai hadir dihadapannya, atau sufi berhubungan mesra sehingga
menimbulkan rasa bahagia. Untuk mencapai tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan
ini, menurut sejarah, semula Tasawuf mengambil bentuk zuhud, dalam arti sikap
hidup sederhana dan menjauhi kemewahanduniawi. Selanjutnya Tasawuf juga
digunakan untuk memperhalus budi pekerti dan sopan santun ketika manusia
mengadakan hubungan Tuhan dan hubungan dengan sesame manusia. Corak penghayatan
Tasawuf seperti itulah yang muncul dalam perkembangan awal Tasawuf dan
cenderung merupakan gerakan moral, dimaksudkan untuk memperhalus budi pekerti
dan pengalaman syari’at yang biasanya dijalankan dengan ketat dan kaku,
sehingga ajaran syari’at itu menjadi lebih halus, mendalam dan
bermakna.Karenanya Tasawuf semacam itu disebut Tasawuf akhlaki atau Tasawuf
sunni dan dapatdikategorikan sebagai mistik kepribadian (mysticism
personality). Disebut mistik kepribadian karena hubungan antara manusia tidak
sampai pada penyatuan esensi, karena antara Tuhan dan manusia dasarnya berbeda,
manusia sebagai makhluk dan Tuhan sebagai Khalik (pencipta). Sedangkan kenapa
disebut Tasawuf sunni, oleh karenaTasawuf ini dikembangkan oleh golongan sunni
terutama Al-Ghazali, dan tetap berpegang pada ortodoksi al-Qur’an dan sunnah
Nabi. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggambarkan siksa neraka
yang sangat pedih dan mengerikan yangdiancamkan terhadap orang yang berdosa.
Tetapi terdapat pula ayat-ayat yangmenunjukan bahwa Tuhan itu mengasihi dan
mencintai hamba-Nya, Tuhan mahamengetahui, maha mendengar dan lain sebgainya.
Ayat-ayat semacam itu yang kemudian
mendorong munculnya tokoh-tokoh Tasawuf akhlaki, antara lain Hasan
al-Basri (w.110H) dengan konsep al-khauf (takut) kepada balasan Tuhan, Robi’ah
al-adawiyah (w.185H), dengan konsep al-hubb al-illahi yakni cinta kepada Allah,
Zunun al-Misri dengan konsep ma’rifah billah, mengenal Tuhan dengan mata hati.
Namun dalam perkembangannya Tasawuf lebih lanjut, memperlihatkan bahwa Tasawuf
bukan hanya untuk memperhalus budi pekerti yang bersifat akhlaki, tetapi juga merukan
pandangan hidup yang disistimatisir atas dasar pemikiran mendalam dan mendasar
yang bersifat falsafi. Corak Tasawuf falsafi ini, bukan saja untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan sedekat-dekatnya, tetapi juga untuk bersatu dengan Tuhan. Tasawuf
falsafi ini disebut juga sebagai Tasawuf non sunni dan dapat dikategorikan
sebagai mistik ketakterhinggaan (mysticism infinity), yang berlandaskan kepada
kepercayaan monistis, panteistis. Hubungan antara manusia dengan Tuhan diyakini
sebagai persatuan dengan Tuhan karena adanya persamaan esensi antara Tuhan
dengan manusia. Tasawuf falsafi banyak dikembangkan oleh golongan non Sunni terutama
Al-Hallaj (858-922M) dan IbnAl-Arabi (561H/1165M-638H/1240M).Dengan melihat
kepada kecenderungan penghayatan Tasawuf tersebut maka secara garis besar
rumusan tujuan Tasawuf juga dibedakan menjadi dua, yakni ma’rifah billah dan
Insan Kamil secara harfiah, insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna
dengan demikian insan kamil berarti manusia yang sempurna[1].
Tujuan ma’rifah billah dipegangi oleh Tasawuf akhlaki atau Tasawuf Sunni. Di
sisi lain, Tasawuf falsafi lebih menekankan pada tujuan pencapaian derajat
Insan Kamil, manusia sempurna, yang menurut Abdul Karim al-Jili
(767-811H/1365-1409M) kondisi itu dapat tercapai bagi orang yang telah berhasil
merealisasi seluruh kemungkinan yang ada, potensi keTuhanan yang ada pada
dirinya. Insan kamil merupakan cermin Tuhan (duplikat Tuhan) yang diciptakan
atas nama-Nya.Usaha manusia untuk berada sedekat-dekatnya, bahkan manunggal
dengan Tuhan adalah merupakan cermin kerinduan nurani manusia terhadap
Tuhannya. Usaha semacam itu merupakan gejala universal dan konstan, tidak
terbatas oleh ruang dan waktu, terjadi diBarat maupun di Timur, dari zaman
dahulu sampai sekarang dan yang akan datang.Tasawuf sebagai mistik Islam,
menurut Abu Wafa Taftazani memiliki ciri-ciri umum yang bersifat psikis, moral
dan epistemologis. Menurut pendapatnya bahwa Tasawuf adalah merupakan suatu
bentuk peningkatan moral, artinya setiap Tasawuf memilikinilai-nilai moral
tertentu dan merealisasikan nilai-nilai itu dengan maksud untuk membersihkan
batin. Tujuan Tasawuf adalah untuk pemenuhan fana (sirna) dalam realitas
mutlak, yaitukondisi psikis tertentu, di mana seorang sufi tidak merasa adanya
diri atau keakuannya.Lebih jauh lagi dia telah meleburkan kehendaknya bagi
kehendak Yang Mutlak. Jikakondisi fana itu bisa terwujud maka sufi akan
memungkinkan memperoleh pengetahuan intuitif langsung, bagaikan sinar kilat
yang muncul dan pergi secara tiba-tiba.Selanjutnya, oleh karena Tasawuf
diniatkan sebagai penunjuk dan pengendali hawa nafsu,secara psikis akan muncul
pengalaman rohani yang dirasakan sebagai ketenteraman dankebahagiaan rohani.
Apa yang dialami itu diungkapkan dengan penggunaan simbol-simbol dalam
ungkapan-ungkapan khas. Dalam hal ini setiap sufi mempunyai cara tersendiri
dalam mengungkapkan kondisi yang dialami karena hal itu merupakan pengalaman
subyektif.Perjalanan batin atau perjalanan nurani manusia dalam mencapai
kesempurnaanhidup yakni berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan itu disebut
mistik. Dan oleh karena mistik ini senantiasa berkaitan dengan pengalaman
keagamaan, maka mistik ada padasetiap agama, bahkan ada pada aliran-aliran
pseudo agama (aliran mirip agama). Padaagama-agama besar dunia terdapat
mistik-mistik Hindu, Budha, Kristen, dan Islam,sedangkan pada aliran yang
menyerupai agama, kita mengenal mistik Kebatinan. Mistik Islam dikenal dengan
sebutan khas yakni Tasawuf’ atau sufisme sebagaimana disebutoleh orientalis
Barat, sedangkan mistik Kebatinan karena bersumberkan dari budayaspriritual
orang jawa, disebut sebagai mistik Kejawen.Dimensi mistik pada setiap agama itu
bermula dari kesadaran manusia bahwa ia berasal dari Tuhan dan akan kembali
kepada-Nya. Keasadaran ini menimbulkan pengalaman keagamaan pada dirinya
mengenai hubungan dengan Tuhannya itu, yangterefleksikan dalam sikap takut,
cinta, rindu, ingin dekat kepada-Nya, dan lainsebagainya. Pengalaman keagamaan
itu kemudian terpolakan menjadi suatu system ajaranyang mengajarkan bagaimana
cara, metode ataupun jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yakni
kembali menyatu dengan Tuhan.Dari uraian-uraian itu maka dapat diketahui
titik-titik temu antara Tasawuf denganKebatinan. Titik temu itu tidak saja
Nampak pada tujuan yang hendak dicapai, yakniupaya mendekatkan diri kepada
Tuhan, tetapi juga pada alur piker yang melandasi jalanmistik yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan misitik tersebut. Namun demikian titik temu akan
lebih Nampak kelihatan antara mistik Kebatinan dengan Tasawuf falsafi (non
sunni) yang keduanya berkecenderungan mendasarkankepada faham keTuhanan yang
bercorak monism panteistik dan bertujuan untuk mencapai persatuan antara
manusia dengan Tuhan. Lain halnya dengan mistik Kebatinanitu dihubungkan dengan
Tasawuf sunni atau Tasawuf akhlaki yang mendasarkan kepadafaham keTuhanan
monoteistik serta bertujuan hanya sebatas ma’rifatullah, maka jelaskeduanya
tampak berbeda seperti yang tertulis dalam al-Quran surat ayat 22 . janganlah
kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjaditercela
dan tidak ditinggalkan (Allah).Pada jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan
mistik, meskipun tampak perbedaan di
dalam praktek-praktek latihan kejiwaan, mamun tahapan-tahapan yangdilalui
secara garis besar terdapat kesaamaan, masing-masing memiliki aspek
purgativedan kontemplatif. Pada tahap awal merupakan tahap pensucian jiwa
(purgative). Adapunkontemplasi atau konsentrasi merupakan pemusatan kesadaran
hanya kepada Allah yangdilakukan dengan cara dzikir, mengucapkan lafad allah
dan lain sebgainya. Pola yangsama terdapat aliran Kebatinan, karena di dalam
latihan kejiwaan, kebersihan rohanimenjadi syarat utama. Untuk itu perlu
dihindari sifat-sifat ataupun sikap-sikap tercelaserta mengutamakan budi luhur,
berbuat yang baik dengan cara mengekang hawa nafsu,mengambil jarak dari dunia
materi. Kontemplasi pada Kebatinan dilakukan denganmelalui aktifitas sujud,
meditasi atau cara berdzikir sebagaimana yang dilakukan dalamTasawuf. Sementara
itu terdapat juga konsep-konsep etika yang sama pada keduanya,seperti tawakal,
zuhud, sabar, ikhlas, dan ridho.Jadi pada Tasawuf dan mistik Kebatinan terdapat
dasar-dasar pemikiran yangsama dalam mencapai tujuan misitk meskipun titik
tolaknya agak berbeda. DalamTasawuf misalnya, terdapat dasar pemikiran bahwa
roh manusia itu ibarar cermin yangdapat yang menjadi kotor karena
perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral. Maka untuk dapat menerima dan
memancarkan cahaya Tuhan, cermin itu harus dibersihkan denganmelakukan
perbuatan baik atas dasar akhlakul karimah. Sebaliknya dalam pemikiranKebatinan
bahwa inti manusia adalah rohani bukan jasmani. Supaya rohani manjadi kuatdan
sempurna, maka jasmani dilemahkan. Untuk melemahkan jasmani harus
menjalankanlaku, di antaranya berbuat yang baik dan meninggalkan wewaler
(segala yang dilarang).Penghindaran atau pengambilan jarak dari dunia materi
(distansi) pada tasawuf dilakukandengan zuhud dan uzlah, bahkan zuhud ini
menurut sejarah merupakan bibit Tasawuf yang dilakukan dengan cara makan, minum
dan berpakaian secara sederhana. Sedangkan pada mistik Kebatinan distansi
dilakukan dengan asketik, tapa brata, mengurangi dahar lan guling (makan, minum
dan tidur), puasa pati geni dan lain-lain. Dengan demikian perwujudan distansi
itu berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu untuk mensucikan batin,dengan cara
melemahkan jasmani, karena jasmani itulah yang menjadi
saluran-salurannafsu.Hanya saja terdapat kecenderungan Kebatinan memandang
dunia sebagai penderitaan yang perlu dihindari sehingga dunia ini dihadapi
secara pasif dan pandanannya seakan hanya tertuju kedalam dirinya saja untuk
mencari kelepasan dari penderitaan. Sebaliknya Tasawuf mempunyai kecenderungan
untuk menghadapi duniasecara aktif, pandangan di arahkan ke luar dirinya, oleh
karena keaktifan dalammenghadapi dunia ini sebagai perwujudan dari pelaksanaan
perintah Allah ataupun meninggalkan segala yang dilarang-Nya, sesuai tuntutan syari’at.Berkenaan
dengan syari’at itu pula, satu hal yang membedakan secara umum antara Tasawuf
dengan mistik Kebatinan bahwa untuk mencapai tujuan, Tasawuf tidak bisa dilepaskan dari syari’at, justru
syari’at merupakan jembatan untuk tercapainya tujuanTasawuf. Lain halnya dengan
mistik Kebatinan, meskipun pada umumnya penganutKebatinan adalah orang-orang
yang beragama Islam, maka di dalamnya tidak terdapatkeharusan untuk
melaksanakan syari’at, seprti sholat, puasa, menurut syari’at Islam. Hal itu
dapat dimaklumi mengingat apa yang mereka ikuti dalam Kebatinan merupakan suatu
bentk penghindaran terhadap syari’at agama Islam, lantaran keawaman mereka yang

PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepercayaan
penduduk Indonesia pada periode awal kepada kehidupan dan lingkungan mereka
tinggal telah mendasari adanya berbagai ragam keyakinan mereka di periode
berikutnya, terlebih hal itu juga dipengaruhi oleh penyebaran dakwah-dakwah
penyebar agama-agaman di negeri ini yang tidak dapat dipahami secara sempurna
oleh penduduk Indonesia saat itu.
Aliran Kepercayaan adalah suatu
aliran yang berkaitan dengan alam ghoib yang tidak bisa di akali oleh manusia.
Dan Aliran Kebatinan adalah aliran yang mengeluarkan kekuatan kebatinan dalam
diri manusia.
Aliran kepercayaan dapat disebut
aliran kebatinan, kerohaniaan, kejiwaan, kejawen, dan lain sebagainya.
Aliran
keabatinan dengan cabang pokoknya yaitu; Hardapusara dari Purworejo, Susila
Budi Darma (SUBUD) yang asalnya berkembang di Semarang, Paguyuban Ngesti
Tunggal (Pangestu) dari Surakarta, Paguyuban Sumarah dan Sapta dari Yogyakarta,
sama-sama bersifat atau bercorak mistis, metafisis dan gaib, dengan bertujuan
menyatunya diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan berbagai corak tatacaranya
yaitu; memisahkan diri dari hal lahiriyah menuju hal yang bersifat batiniyah
melalui mantra-mantra dari para guru pada aliran masing-masing.
Corak-corak Kebatinan ada 3 :
Mistik Kebatinan, Gerakan untuk Purifikasi Jiwa, Kebatinan Yang Berdasarkan
Ilmu Gaib. Cara untuk purifikasi Jiwa itu ada Pamudharan ( terbebas dari beban
kehidupan duniawi ), menjalankan kehidupan yang penuh dengan tanggung jawab,
baik secara moral, sederhana.
Sebab
timbulnya Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dikarenakan oleh pengalaman hidup
manusia yang selalu menghadapi kesulitan dan pengalaman menyelesaikan masalah
yang sangat rumit bahkan mungkin tidak dipecahkan


https://www.scribd.com/doc/59256472/Makalah-Semester-6-aliran-Kebatinan-Aliran-Kebatinan-Dan-Tasawuff


DOSEN
PENGAMPU:
ABDI
Z. SITEPU
DISUSUN
OLEH :
OJA
JULITA
PIWI
APRILIANI
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

Alhamdulilah,kami ucapkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberkahi kami, sehingga laporan ini dapat selesai dengan tepat
waktu.Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
membUKAKAN jalan yang terang dan
menUMPAS dari kebodohan. Tak lupakami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu kita dalam penyelasian laporan ini,.Dan tak lupa kami
ucapkan maaf atas segala khilaf atas penulisan makalah ini.Karena kami jua
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Semoga apa yang kami sajikan
ini berguna bagi kita semua dan dapat membantu dalam segala hal.
Bengkulu 21 Maret 2018
Penyusun

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….1
a. Latar belakang ………………………………………………………………………........1
b. Rumusan masalah………………………………………………………………...……….2
c. Tujuan …………………………………………………………………..………………..2
2. BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….…………………..3
a. Penegrtian aliran kepercayaan dan kebatinan ………………………………..…...……..4
b. cara beribadah salah satu aliran kebatinan………………………………………...……..4
c. Sejarah munculnya aliran kepercayaan…………………………………………...……...6
d. Perbandingan aliran kebatinan dengan agama islam……………………………………..9
3. Bab III PENUTUP……………………………………………………………….……..16
a. KESIMPULAN…………………………………………………………………..…….16
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar