Tentang benih yang di timpa tanah hingga ia tumbuh dan bermanfaat

Jumat, 18 Januari 2019

aliran kebatinan dalam mata kuliah perbandingan agama


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pada mulanya, aliran kebatinan dan kepercayaan memiliki akar sejarah pertumbuhan yang cukup panjang dan lama sejak ratusan tahun yang lampau. Aliran ini lahir dari hasil proses perkembangan budaya, buah renungan dan filsafat nenek moyang, yang kemudian terpaku menjadi adat istiadat masyarakat turun temurun hingga sekarang. Mayoritas aliran kepercayaan menjadikan adat istiadat ini sebagai pedoman ajaran yang sangat dipegang teguh yang dihayati dan diamalkan
Kebatinan Jawa sebenarnya adalah peninggalan tradisi agama Jawa asli sebelum adanya pengaruh agama-agama besar (Hindu, Buddha, Islam dan Kristen). Setelah masuknya Hindu, Buddha, Islam dan Kristen, maka terjadilah akulturasi budaya dimana agama asli penduduk bercampur dengan agama baru.
Dalam proses akulturasi itu, terjadi beberapa kemungkinan. Pertama, unsur-unsur agama baru diterima akan tetapi unsur agama lama tidak hilang dan bercampur dengan unsur agama baru (contoh: Islam abangan dimana ia menyebut dirinya Islam, tetapi melaksanakan upacara-upacara selamatan dan tidak berdoa sebagaimana mestinya orang Islam). Kedua, unsur-unsur agama baru makin menguat dan mendominasi unsur agama lama makin menghilang (contoh: agama Kristen dalam budaya Batak). Ketiga, unsur agama baru bercampur dengan unsur agama lama dan menghasilkan agama baru yang memiliki ciri tersendiri (contoh: agama Hindu Bali berbeda dengan ajaran Hindu di Hindustan).Keempat, unsur agama lama mengalami revival dan menjadi menonjol meskipun menggunakan juga unsur-unsur agama baru (contoh: agama Wudu di Brasilia). Di sini kita akan mempelajari berbagai aliran kebatinan atau kepercayaan yang berkembang di Jawa.
Text Box: 1            Menurut para peneliti, kepercayaan Nenek Moyang bangsa Indonesia adalah animism, dinamisme, dan demonologisme. Akan tetapi faktanya bahwa bangsa Indonesia berevolusi seiring perjalanan waktu, kepercayaan bangsa Indonesia berakar dari animatheisme,politheisme, henoteisme, monotheisme animisme, dinamisme, dan demologisme. Dari ajaran-ajaran yang dipeluk oleh nenek moyang dan yang terbentuk oleh pengalaman kehidupan yang bermacam ragam yang dialami mereka melewati kurun waktu yang cukup panjang. Dan semua berawal dari rentetan sejarah kehidupan suatu bangsa dan juga akan berakhir dengan kikisan sejarah yang menerpa adat tersebut.
Jawa merupakan salah satu pulau diantara lima pulau terbesar di Indonesia. Jawa adalah pulau terpadat dan merupakan pusat dari pemerintahan Indonesia. Namu jika ditinjau dari dimensi kultural; jawa merupakan sebuah suku yang penuh dengan tradisi-tradisi berbau mistik.
Istilah kepercayaan dan kebatinan, sebenarnya masih ada istilah-istilah lain. Rahmat Subagyo menyebutkan nama kejiwaan dan kerohanian. Kejiwaan adalah ajaran yang menunjukan ilmu hidup benar, budi pekerti baik, atau pemeliharaan jiwa yang dicari secara ilmiah dan metodis. Adapun kerohanian ialah ajaran yang lebih menekankan aspek mistisisme, yakni bagaimana manusia mencapai kontak langsung dengan yang mutlak.
Kamil Kartapraja memberikan istilah Kejawen, yakni ajaran yang berupa pengetahuan dan praktik-praktik ritual Jawa Asli (animisme) ; dan klenik, yakni ilmu yang bersifat rahasia dan merupakan praktik-praktik mistik yang menyeleweng dari agama yang dianut
B. rumusan masalah
1.      apa pengertian aliran kebatinan
2.       sejarah timbulnya aliran kebatinan
3.      pandangan aliran terhadap tuhan.
4.      cara beribadah dan hari besar aliran kebatinan

C.     tujuan
Untuk menambah wawasan tentang aliran kebatinan dan menghilangkan paradigma negatif tentang aliran kebatinan









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan
Menurut sejarah perkembangan dan kehidupan Aliran Kepercayaan dan Kebatinan, jumlah dan macamnya selalu bertambah dan berkurang. Masing-masing aliran mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, nampaknya sulit untuk memberikan suatu definisi atau batasan yang dapat mencangkup semua aliran dengan sempurna. Pengertian harfiah memberikan, namun belum menggambarkan pengertian terminologi yang total. Aliran kepercayaan dapat disebut aliran kebatinan, kerohaniaan, kejiwaan, kejawen, dan lain sebagainya.“ Aliran “ berarti haluan pendapat ( pandangan hidup, politik, dsb ) yang timbul dari suatu paham.“ Kepercayaan” dari asal kata “percaya” mendapat awalan ke dan akhiran an’ artinya iman, keyakinan, hal menganggap bahwa sesuatu itu benar.Percaya berarti membenarkan suatu keterangan dari keterangan yang bermacam-macam yaitu : keterangan umum, keterangan ilmiah, keterangan falsafi, dan keterangan agama. Jadi, Aliran Kepercayaan adalah suatu aliran yang berkaitan dengan alam ghoib yang tidak bisa di akali oleh manusia. Dan Aliran Kebatinan adalah aliran yang mengeluarkan kekuatan kebatinan dalam diri manusia.
Batin artinya dalam hati ; mendapat awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’ berarti keadaan batin; segala sesuatu yang tercantum dalam hati orang. Ilmu bathin artinya pengetahuan yang bertalian dengan jiwa, mistik, dll. Secara harfiah ‘aliran kepercayaan’ dapat diartikan haluan pendapat tentang keyakinan terhadap keterangan agama. Sedang ‘aliran kebatinan’ berarti haluan pendapat tentang sesuatu yang tercantum dalam hati orang atau haluan pendapat tentang pengetahuan yang bertalian dengan jiwa dan mistik.
Menurut Badan Kongres Kebatinan Indonesia ( BKKI ) di Solo tahun 1956 menyatakan bahwa Aliran kebatinan adalah sumber azas sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budhi luhur, guna kesempurnaan hidup
Rahmat Subagya mendefinisikan aliran kebatinan adalah segala usaha dan  gerakan untuk merealisasikan daya bathin manusia
Sumantri Mertodipuro; Kebatinan adalah cara ala Indonesia mendapatkan kebahagiaan….kebatinan memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani
Text Box: 3Mr Wongsonegoro; Semua fikiran atau tindakan yang berdasarkan kekuatan gaib (supernatural) yang mencari dan ingin mengetahui kenyataan dibelakang fenomena alam
Presiden Soeharto mendefinisikan bahwa Aliran Kepercayaan adalah keyakinan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa diluar agama atau tidak termasuk kedalam agama.

Ø  Sapto Darma
 berasal dari bahasa Jawa Kuno terdiri dari dua suku kata. Sapto berarti tujuh dan Dharmo berarti kewajiban. Jadi Sapto Dharma adalah nama sebuah aliran kebatinan yang mendasarkan ajarannya kepada pelaksanaan tujuh kewajiban.
Sapta Darma adalah yang termuda dari kelima gerakan kebatinan yang terbesar di Jawa yang didirikan tahun 1955 oleh guru agama bernama Hardjosaputro yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri Gutomo. Beliau berasal dari desa Keplakan dekat Pare, Kediri. Ia dilahirkan pada tahun 1910, dan meninggal pada tanggal 16 Desember 1964.Berbeda dengan keempat organisasi yang lain, Sapta Dharma beranggotakan orang-orang dari daerah pedesaan dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota. Walaupun demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi ajarannya adalah kitab Wewarah Sapta Dharma.
Walaupun budaya kebatinan ada di seluruh daerah di Jawa, namun Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa agaknya masih merupakan tempat dimana terdapat paling banyak organisasi kebatinan. Dalam tahun 1970 ada 13 organisasi kebatinan disana, lima diantarannya dengan anggota sebanyak antara 30-70 orang, tetapi ada satu yang anggotannya sekitar 500 orang dalam tahun 1970. Sepuluh lainnya adalah organisasi-organisasi yang besar, yang berpusat dikota-kota lain seperti Jakarta, Yogyakarta, Madiun, Kediri, dan sebagainya.[28]

B.     Cara beribadah menurut Sapta Darma
Dari fenomena dan kejadian-kejadian aneh, Keyakinan akan sebuah petunjuk dan termasuk juga tugas berat, semakin mendalam bagi Bapak Hardjosapoero dan sahabat-sahabatnya, setelah diterimanya wahyu-wahyu Sapta Darma bertambah lengkap, dan ke depannya menjadi ajaran ibadah kelompok ini:

a. Wahyu Sujud adalah memuat ajaran tentang tata cara ritual sujud/ menyembah kepada Tuhan (Allah Hyang Maha Kuasa) bagi Warga Sapta Darma.

b. Wahyu Racut adalah memuat ajaran tentang tata cara rohani manusiauntuk mengetahui alam langgeng atau melatih sowan/ menghadap Hyang Maha Kuasa.

c. Wahyu Simbol Pribadi Manusia menjelaskan tentang asal mula, sifat watak dan tabiat manusia itu sendiri, serta bagaimana manusia harus mengendalikan nafsu agar dapat mencapai keluhuran budi.

d. Wewarah Tujuh, merupakan kewajiban hidup manusia di dunia sekaligus merupakan pandangan hidup dan pedoman hidup manusia. Dalam Wewarah Tujuh tersebut tersirat kewajiban hidup manusia dalam hubungannya dengan Allah Hyang Maha Kuasa, Pemerintah dan Negara, nusa dan bangsa , sesama umat makluk sosial, pribadinya sebagai makluk individu, masyarakat sekitar dan lingkungan hidupnya serta meyakini bahwa keadaan dunia tiada abadi.

e. Wahyu Sesanti yang cukup jelas dan gampang dimengerti oleh siapapun, membuktikan suatu etika/ciri khas Sapta Darma yang menitik beratkan kepada warganya harus bermakna dan berguna bagi sesama umat/ membahagiakan orang lain (tansah agawe pepadang lan maraning lian).

Selanjutnya semakin hari semakin bertambah orang-orang yang menjalankan ajaran Sapta Darma. Apa yang diterima Bapak Hardjosapoero ternyata belum berakhir, karena pada tanggal 27 Desember 1955 jam 24.00, beliau menerima wahyu Gelar Sri Gutama yang berarti Pelopor Budi Luhur dan selaku Panutan Agung, yang ditandai hujan lebat semalam suntuk.

3. Ajaran Pokok
a. Tujuh Kewajiban Suci (Sapto Darmo)
Penganut Sapta Darma meyakini bahwa manusia hanya memiliki 7 kewajiban atau disebut juga 7 Wewarah Suci, yaitu:
1) Setia dan tawakkal kepada Pancasila Allah (Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha  Kuasa, dan Maha Kekal).
2) Jujur dan suci hati menjalankan undang-undang negara.
3) Turut menyingsingkan lengan baju menegakkan nusa dan bangsa
4) Menolong siapa saja tanpa pamrih, melainkan atas dasar cinta kasih.
5) Berani hidup atas kepercayaan penuh pada kekuatan diri-sendiri.
6) Hidup dalam bermasyarakat dengan susila dan disertai halusnya budi pekerti.
7) Yakin bahwa dunia ini tidak abadi, melainkan berubah-ubah (angkoro manggilingan).

b. Panca Sifat Manusia
Menurut Sapta Darma, manusia harus memiliki 5 (lima) sifat dasar yaitu:
1) Berbudi luhur terhadap sesama umat lain.
2) Belas kasih (welas asih) terhadap sesama umat yang lain.
3) Berperasaan dan bertindak adil.
4) Sadar bahwa manusia dalam kekuasaan (purba wasesa) Allah.
5) Sadar bahwa hanya rohani manusia yang berasal dari Nur Yang Maha Kuasa yang bersifat abadi.
c. Konsep Peribadatan
Konsep ibadah dalam Sapto Darmo tercermin pada ajaran mereka tentang Sujud Dasar. Sujud Dasar terdiri dari tiga kali sujud menghadap ke Timur. Sikap duduk dengan kepala ditundukkan sampai ke tanah, mengikuti gerak naik sperma yakni dari tulang tungging ke ubun-ubun melalui tulang belakang, kemudian turun kembali. Amalan seperti itu dilakukan sebanyak tiga kali. Dalam sehari semalam, pengikut Sapto Darmo diwajibkan melakukan Sujud Dasar sebanyak 1 kali, sedang selebihnya dinilai sebagai keutamaan.

e. Menyatu dengan Tuhan
Sebagai hasil dari amalan Sujud Dasar, mereka meyakini dapat menyatu dengan Tuhan dan dapat menerima wahyu tentang hal-hal ghaib. Mereka juga meyakini, orang yang sudah menyatu dengan Tuhan bisa memiliki kekuatan besar (dahsyat) yang disebut sebagai atom berjiwa, akal menjadi cerdas, dan dapat menyembuhkan atau mengobati penyakit.

C.    Sejarah Budaya Kebatinan
Keberadaan aliran  Kebatinan atau dapat disebut juga kepercayaan dalamwujudnya sebagai organisasi yang beraneka macam serta dalam jumlah yang tiada sedikit, barang kali itu boleh dipandang sebagai fenomena baru, oleh karena organisasi-organisasi aliran kepercayaan itu pada umumnya baru muncul setelah proklamasi kemerdekaan.Sebagian di antaranya memang telah ada sejak zaman colonial Belanda, sekitar abad 20 ini. Akan tetapi apabila dilihat dari aspek ajarannya yang intinya adalah mistik Islam  Kejawen, sesungguhnya memiliki akar yang cukup panjang sepanjang sejarah perkembangan Islam di Jawa. Faham Kebatinan telah ada sejak Islam bersentuhan dengan budaya Jawa Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan hindu budha itulah yangmenghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi ciri khas aliran kepercayaan.Faham Kebatinan ini dalam proses perkembangannya senantiasa didukung oleh golongan priyayi, yaitu golongan keluarga istana dan pejabat pemerintahan kraton.Mereka termasuk ke dalam kategori orang-orang Islam abangan lapisan atas, yakni orang-orang Islam yang kurang mengetahui ajaran-ajaran Islam dan oleh karenanya tidak mengamalkan syari’at Islam. Mereka masih mempertahankan budaya Hindu, sementaraIslam yang datang kemudian dipandang sebagai unsur tambahan. Unsur Islam diperlukanuntuk melengkapi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang diperlukan ajaran mistik.Dalam mistik priyayi ini, tidak ada bedanya antara Yang Mutlak (Tuhan) denganmanusia.Faham Islam Kejawen sesungguhnya telah mulai masuk di kalangan istana/kratonsejak pemerintahan sultan Tranggono di kesultanan Demak. Penghulu istana Demak ituialah sunan Geseng, saudara seperguruan Syekh Siti Jenar, yang mengajarkan mistik manunggaling kawulo gusti. Dan menantu Sultan Tranggono dari putrinya yang tertuayaitu Jaka Tingkir atau Mas Karebet adalah dari golongan Islam Kejawen. Di sampingsebagai menantu Sultan, dia semula adalah sebagai bupati di Pengging, menggantikankedudukan ayahnya, yaitu Ki Kebo Kenanga. Dia juga termasuk salah seorang muridSyekh Siti Jenar. Sementara itu kakeknya, Prabu Andayaningrat dari Pangging juga,adalah menantu Prabu Brawijawa ke V dari Majapahit. Dan sewaktu kerajaan Demak sudah berdiri, Andayaningrat tetap berusahan untuk melanjutkan dinasti Majapahitdengan segala tradisinya.Tatkala Jaka Tingkir keluar sebagai pemenang dalam perebutan dengan AryaPenangsang kemudian ia dikukuhkan sebagai sultan tahun 1550 menggantikan sultan Trenggono dengan gelar Sultan Hadiwijaya, maka ibukota kerajaan dipindah dari Demak ke Pajang, sebab disana banyak penganut Islam Kejawen yang mendukung pemerintahannya, sehingga pada tahun 1568 terjadi pergeseran yang menyebabkan olehnya diusahakan penyesuaian Islam dengan agama siwa Budha dan dengan resmidiwujudkan dalam bentuk ajaran wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti sebagaidasar falsafat kerajaan, pergeseran itu diusahakan atas prakarsa ki Ageng Pengging (KiKebo Kenanga) ayah Jaka Tingkir. Sehingga saat itu terjadi polarisasi kehidupan beragama, disatu pihak ada kelompok lama yang secara murni melaksanakan syari’atIslam dan di lain pihak terdapat para bangsawan dan prajurit islam yang masihmelaksanakan kebiasaan adat kraton yang sinkretis yang biasa disebut kaum abangan.Saat para kyai Indonesia banyak yang pergi haji ke mekkah dan banyak mempelajariislam yang murni disana, setelah itu menyebarkan islam yang murni di Indonesia danmembentuk gerakan-gerakan reformasi, dan arus modernisasi Barat semakin mengacammenjadikan semangat keberagamaan kejawen juga semakin meningkat, mereka bangkitmempertahankan apa yang dianggap sebagai nilai asli Jawa.Dan pada saat kemerdekaan kebatinan sangat berkembang pesat terutama saat pasca kemerdekaan Banyak para ahli ilu social maupun ilmu agama yang menganalisadan memberikan pendapatnya kenapa aliran kebatian pada saat itu tumbuh begitu pesat.Hal itu antara lain di samping dimungkinkan karena adanya pernyataan kebebasan beragama yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 29, juga karena berbagai krisis yangtimbul pada masa perjuangan membela
kemerdekaan menuntut orang mencari peganganhidup, penguat batin.

a.       Keberadaan Aliran
Sebagian kecil dari budaya kebatinan ini biasanya mempunyai anggota tak lebih dari 200 orang namun ada yang beranggotakan lebih dari 1000 orang yang tersebar di berbagai kota di Jawa dan terorganisasi dalam cabang-cabang. Dan lima aliran tersebar adalah Hardapusara dari Purworejo, Susila Budi Darma ( SUBUD ) yang asalnya berkembang di Semarang, Paguyupan Ngesti Tunggal ( Pangestu ) dari Surakarta, Paguyuban Sumarah dan Sapta dari Yogyakarta.
b.      Sebab-sebab timbulnya aliran kebatinan dan kepercayaan
Banyak hal yang mengakibatkan timbulnya aliran kebatinan dan kepercayaan di Indonesia. Dilihat dari sudut pandang antropologi timbulnya aliran kebatinan atau bahkan juga agama (agama wadl’I ) adalah disebabkan oleh pengalaman hidup manusia yang selalu menghadapi kesulitan dan pengalaman menyelesaikan masalah yang sangat rumit bahkan mungkin tidak dipecahkan. Pada dasarnya aliran kebatinan itu timbul karena terjadi respon terhadap sesuatu yang terjadi atau tantangan yang datang dari lingkungan dimana manusia itu berada.
Sebab timbulnya aliran kebatinan dan kepercayaan itu diantaranya dapat disimpulkan sebagai berikut :
“ Islam masuk Indonesia, khususnya Jawa, dengan jalan damai dan dengan toleransi tinggi terhadap keyakinan yang ada sebelumnya yaitu Hindu-Budha dan agama primitive, Ada sekelompok orang yang mencampur adukan ajaran agama-agama dengan cara mengambil unsur dan ajaran dan keyakinan yang paling baik pula.
Dari sekelompok non-muslim menganggap bahwa agama-agama itu khusunya Islam, adalah agama impor, maka mereka menolak dan bahkan mereka itu menentang ajaran Islam.
Bagi mereka yang menganggap bahwa agama-agama itu bukan asli Indonesia ( Jawa ), mereka ingin kembali dan mencari yang Jawa asli. Mereka menghendaki agama yang benar-benar murni dan asli dari Tuhan yang diperuntukkan bagi setiap individu.Sekelompok orang yang ingin memasyhurkan nama, dengan membuat praktek perdukunan dan perguruan kebatinan.
Karena kekacauan politik, ekonomi, social, budaya dan keagamaan, karena sulit mengatasi masalah tersebut, orang cenderung untuk menanggulanginya melewati jalan spiritual meninggalkan duniawi menengadah kelangit untuk mendapatkan ketentraman jiwa menghindarkan diri dari penderitaan. Jalan yang sering ditempuh untuk menanggulangi masalah, tidak lagi mengikuti hukum alam, tetapi lebih suka menggunakan hal-hal ghaib yang tidak sejalan dengan logika.
D.Perbandingan Aliran Kebatinan Dan Agama Islam
Tujuan utama dalam Tasawuf adalah pengalaman dan kesadaran berhubungan dengan Tuhan secara langsung, berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan secara sadar sehingga seseorang merasa berada dihadirat Tuhan. Tuhan dihayati sebagai hadir dihadapannya, atau sufi berhubungan mesra sehingga menimbulkan rasa bahagia. Untuk mencapai tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan ini, menurut sejarah, semula Tasawuf mengambil bentuk zuhud, dalam arti sikap hidup sederhana dan menjauhi kemewahanduniawi. Selanjutnya Tasawuf juga digunakan untuk memperhalus budi pekerti dan sopan santun ketika manusia mengadakan hubungan Tuhan dan hubungan dengan sesame manusia. Corak penghayatan Tasawuf seperti itulah yang muncul dalam perkembangan awal Tasawuf dan cenderung merupakan gerakan moral, dimaksudkan untuk memperhalus budi pekerti dan pengalaman syari’at yang biasanya dijalankan dengan ketat dan kaku, sehingga ajaran syari’at itu menjadi lebih halus, mendalam dan bermakna.Karenanya Tasawuf semacam itu disebut Tasawuf akhlaki atau Tasawuf sunni dan dapatdikategorikan sebagai mistik kepribadian (mysticism personality). Disebut mistik kepribadian karena hubungan antara manusia tidak sampai pada penyatuan esensi, karena antara Tuhan dan manusia dasarnya berbeda, manusia sebagai makhluk dan Tuhan sebagai Khalik (pencipta). Sedangkan kenapa disebut Tasawuf sunni, oleh karenaTasawuf ini dikembangkan oleh golongan sunni terutama Al-Ghazali, dan tetap berpegang pada ortodoksi al-Qur’an dan sunnah Nabi. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggambarkan siksa neraka yang sangat pedih dan mengerikan yangdiancamkan terhadap orang yang berdosa. Tetapi terdapat pula ayat-ayat yangmenunjukan bahwa Tuhan itu mengasihi dan mencintai hamba-Nya, Tuhan mahamengetahui, maha mendengar dan lain sebgainya. Ayat-ayat semacam itu yang kemudian  mendorong munculnya tokoh-tokoh Tasawuf akhlaki, antara lain Hasan al-Basri (w.110H) dengan konsep al-khauf (takut) kepada balasan Tuhan, Robi’ah al-adawiyah (w.185H), dengan konsep al-hubb al-illahi yakni cinta kepada Allah, Zunun al-Misri dengan konsep ma’rifah billah, mengenal Tuhan dengan mata hati. Namun dalam perkembangannya Tasawuf lebih lanjut, memperlihatkan bahwa Tasawuf bukan hanya untuk memperhalus budi pekerti yang bersifat akhlaki, tetapi juga merukan pandangan hidup yang disistimatisir atas dasar pemikiran mendalam dan mendasar yang bersifat falsafi. Corak Tasawuf falsafi ini, bukan saja untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat-dekatnya, tetapi juga untuk bersatu dengan Tuhan. Tasawuf falsafi ini disebut juga sebagai Tasawuf non sunni dan dapat dikategorikan sebagai mistik ketakterhinggaan (mysticism infinity), yang berlandaskan kepada kepercayaan monistis, panteistis. Hubungan antara manusia dengan Tuhan diyakini sebagai persatuan dengan Tuhan karena adanya persamaan esensi antara Tuhan dengan manusia. Tasawuf falsafi banyak dikembangkan oleh golongan non Sunni terutama Al-Hallaj (858-922M) dan IbnAl-Arabi (561H/1165M-638H/1240M).Dengan melihat kepada kecenderungan penghayatan Tasawuf tersebut maka secara garis besar rumusan tujuan Tasawuf juga dibedakan menjadi dua, yakni ma’rifah billah dan Insan Kamil secara harfiah, insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna dengan demikian insan kamil berarti manusia yang sempurna[1]. Tujuan ma’rifah billah dipegangi oleh Tasawuf akhlaki atau Tasawuf Sunni. Di sisi lain, Tasawuf falsafi lebih menekankan pada tujuan pencapaian derajat Insan Kamil, manusia sempurna, yang menurut Abdul Karim al-Jili (767-811H/1365-1409M) kondisi itu dapat tercapai bagi orang yang telah berhasil merealisasi seluruh kemungkinan yang ada, potensi keTuhanan yang ada pada dirinya. Insan kamil merupakan cermin Tuhan (duplikat Tuhan) yang diciptakan atas nama-Nya.Usaha manusia untuk berada sedekat-dekatnya, bahkan manunggal dengan Tuhan adalah merupakan cermin kerinduan nurani manusia terhadap Tuhannya. Usaha semacam itu merupakan gejala universal dan konstan, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, terjadi diBarat maupun di Timur, dari zaman dahulu sampai sekarang dan yang akan datang.Tasawuf sebagai mistik Islam, menurut Abu Wafa Taftazani memiliki ciri-ciri umum yang bersifat psikis, moral dan epistemologis. Menurut pendapatnya bahwa Tasawuf adalah merupakan suatu bentuk peningkatan moral, artinya setiap Tasawuf memilikinilai-nilai moral tertentu dan merealisasikan nilai-nilai itu dengan maksud untuk membersihkan batin. Tujuan Tasawuf adalah untuk pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak, yaitukondisi psikis tertentu, di mana seorang sufi tidak merasa adanya diri atau keakuannya.Lebih jauh lagi dia telah meleburkan kehendaknya bagi kehendak Yang Mutlak. Jikakondisi fana itu bisa terwujud maka sufi akan memungkinkan memperoleh pengetahuan intuitif langsung, bagaikan sinar kilat yang muncul dan pergi secara tiba-tiba.Selanjutnya, oleh karena Tasawuf diniatkan sebagai penunjuk dan pengendali hawa nafsu,secara psikis akan muncul pengalaman rohani yang dirasakan sebagai ketenteraman dankebahagiaan rohani. Apa yang dialami itu diungkapkan dengan penggunaan simbol-simbol dalam ungkapan-ungkapan khas. Dalam hal ini setiap sufi mempunyai cara tersendiri dalam mengungkapkan kondisi yang dialami karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.Perjalanan batin atau perjalanan nurani manusia dalam mencapai kesempurnaanhidup yakni berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan itu disebut mistik. Dan oleh karena mistik ini senantiasa berkaitan dengan pengalaman keagamaan, maka mistik ada padasetiap agama, bahkan ada pada aliran-aliran pseudo agama (aliran mirip agama). Padaagama-agama besar dunia terdapat mistik-mistik Hindu, Budha, Kristen, dan Islam,sedangkan pada aliran yang menyerupai agama, kita mengenal mistik Kebatinan. Mistik Islam dikenal dengan sebutan khas yakni Tasawuf’ atau sufisme sebagaimana disebutoleh orientalis Barat, sedangkan mistik Kebatinan karena bersumberkan dari budayaspriritual orang jawa, disebut sebagai mistik Kejawen.Dimensi mistik pada setiap agama itu bermula dari kesadaran manusia bahwa ia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Keasadaran ini menimbulkan pengalaman keagamaan pada dirinya mengenai hubungan dengan Tuhannya itu, yangterefleksikan dalam sikap takut, cinta, rindu, ingin dekat kepada-Nya, dan lainsebagainya. Pengalaman keagamaan itu kemudian terpolakan menjadi suatu system ajaranyang mengajarkan bagaimana cara, metode ataupun jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yakni kembali menyatu dengan Tuhan.Dari uraian-uraian itu maka dapat diketahui titik-titik temu antara Tasawuf denganKebatinan. Titik temu itu tidak saja Nampak pada tujuan yang hendak dicapai, yakniupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga pada alur piker yang melandasi jalanmistik yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan misitik tersebut. Namun demikian titik temu akan lebih Nampak kelihatan antara mistik Kebatinan dengan Tasawuf falsafi (non sunni) yang keduanya berkecenderungan mendasarkankepada faham keTuhanan yang bercorak monism panteistik dan bertujuan untuk mencapai persatuan antara manusia dengan Tuhan. Lain halnya dengan mistik Kebatinanitu dihubungkan dengan Tasawuf sunni atau Tasawuf akhlaki yang mendasarkan kepadafaham keTuhanan monoteistik serta bertujuan hanya sebatas ma’rifatullah, maka jelaskeduanya tampak berbeda seperti yang tertulis dalam al-Quran surat ayat 22 . janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjaditercela dan tidak ditinggalkan (Allah).Pada jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan mistik, meskipun tampak  perbedaan di dalam praktek-praktek latihan kejiwaan, mamun tahapan-tahapan yangdilalui secara garis besar terdapat kesaamaan, masing-masing memiliki aspek purgativedan kontemplatif. Pada tahap awal merupakan tahap pensucian jiwa (purgative). Adapunkontemplasi atau konsentrasi merupakan pemusatan kesadaran hanya kepada Allah yangdilakukan dengan cara dzikir, mengucapkan lafad allah dan lain sebgainya. Pola yangsama terdapat aliran Kebatinan, karena di dalam latihan kejiwaan, kebersihan rohanimenjadi syarat utama. Untuk itu perlu dihindari sifat-sifat ataupun sikap-sikap tercelaserta mengutamakan budi luhur, berbuat yang baik dengan cara mengekang hawa nafsu,mengambil jarak dari dunia materi. Kontemplasi pada Kebatinan dilakukan denganmelalui aktifitas sujud, meditasi atau cara berdzikir sebagaimana yang dilakukan dalamTasawuf. Sementara itu terdapat juga konsep-konsep etika yang sama pada keduanya,seperti tawakal, zuhud, sabar, ikhlas, dan ridho.Jadi pada Tasawuf dan mistik Kebatinan terdapat dasar-dasar pemikiran yangsama dalam mencapai tujuan misitk meskipun titik tolaknya agak berbeda. DalamTasawuf misalnya, terdapat dasar pemikiran bahwa roh manusia itu ibarar cermin yangdapat yang menjadi kotor karena perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral. Maka untuk dapat menerima dan memancarkan cahaya Tuhan, cermin itu harus dibersihkan denganmelakukan perbuatan baik atas dasar akhlakul karimah. Sebaliknya dalam pemikiranKebatinan bahwa inti manusia adalah rohani bukan jasmani. Supaya rohani manjadi kuatdan sempurna, maka jasmani dilemahkan. Untuk melemahkan jasmani harus menjalankanlaku, di antaranya berbuat yang baik dan meninggalkan wewaler (segala yang dilarang).Penghindaran atau pengambilan jarak dari dunia materi (distansi) pada tasawuf dilakukandengan zuhud dan uzlah, bahkan zuhud ini menurut sejarah merupakan bibit Tasawuf yang dilakukan dengan cara makan, minum dan berpakaian secara sederhana. Sedangkan pada mistik Kebatinan distansi dilakukan dengan asketik, tapa brata, mengurangi dahar lan guling (makan, minum dan tidur), puasa pati geni dan lain-lain. Dengan demikian perwujudan distansi itu berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu untuk mensucikan batin,dengan cara melemahkan jasmani, karena jasmani itulah yang menjadi saluran-salurannafsu.Hanya saja terdapat kecenderungan Kebatinan memandang dunia sebagai penderitaan yang perlu dihindari sehingga dunia ini dihadapi secara pasif dan pandanannya seakan hanya tertuju kedalam dirinya saja untuk mencari kelepasan dari penderitaan. Sebaliknya Tasawuf mempunyai kecenderungan untuk menghadapi duniasecara aktif, pandangan di arahkan ke luar dirinya, oleh karena keaktifan dalammenghadapi dunia ini sebagai perwujudan dari pelaksanaan perintah Allah ataupun meninggalkan segala yang dilarang-Nya, sesuai tuntutan syari’at.Berkenaan dengan syari’at itu pula, satu hal yang membedakan secara umum antara Tasawuf dengan mistik Kebatinan bahwa untuk mencapai tujuan, Tasawuf tidak  bisa dilepaskan dari syari’at, justru syari’at merupakan jembatan untuk tercapainya tujuanTasawuf. Lain halnya dengan mistik Kebatinan, meskipun pada umumnya penganutKebatinan adalah orang-orang yang beragama Islam, maka di dalamnya tidak terdapatkeharusan untuk melaksanakan syari’at, seprti sholat, puasa, menurut syari’at Islam. Hal itu dapat dimaklumi mengingat apa yang mereka ikuti dalam Kebatinan merupakan suatu bentk penghindaran terhadap syari’at agama Islam, lantaran keawaman mereka yang










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kepercayaan penduduk Indonesia pada periode awal kepada kehidupan dan lingkungan mereka tinggal telah mendasari adanya berbagai ragam keyakinan mereka di periode berikutnya, terlebih hal itu juga dipengaruhi oleh penyebaran dakwah-dakwah penyebar agama-agaman di negeri ini yang tidak dapat dipahami secara sempurna oleh penduduk Indonesia saat itu.
Aliran Kepercayaan adalah suatu aliran yang berkaitan dengan alam ghoib yang tidak bisa di akali oleh manusia. Dan Aliran Kebatinan adalah aliran yang mengeluarkan kekuatan kebatinan dalam diri manusia.
Aliran kepercayaan dapat disebut aliran kebatinan, kerohaniaan, kejiwaan, kejawen, dan lain sebagainya.
            Aliran keabatinan dengan cabang pokoknya yaitu; Hardapusara dari Purworejo, Susila Budi Darma (SUBUD) yang asalnya berkembang di Semarang, Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu) dari Surakarta, Paguyuban Sumarah dan Sapta dari Yogyakarta, sama-sama bersifat atau bercorak mistis, metafisis dan gaib, dengan bertujuan menyatunya diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan berbagai corak tatacaranya yaitu; memisahkan diri dari hal lahiriyah menuju hal yang bersifat batiniyah melalui mantra-mantra dari para guru pada aliran masing-masing.
Corak-corak Kebatinan ada 3 : Mistik Kebatinan, Gerakan untuk Purifikasi Jiwa, Kebatinan Yang Berdasarkan Ilmu Gaib. Cara untuk purifikasi Jiwa itu ada Pamudharan ( terbebas dari beban kehidupan duniawi ), menjalankan kehidupan yang penuh dengan tanggung jawab, baik secara moral, sederhana. 
Sebab timbulnya Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dikarenakan oleh pengalaman hidup manusia yang selalu menghadapi kesulitan dan pengalaman menyelesaikan masalah yang sangat rumit bahkan mungkin tidak dipecahkan












Oval: 11                                                                                                                           
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/59256472/Makalah-Semester-6-aliran-Kebatinan-Aliran-Kebatinan-Dan-Tasawuff










                                                                                                    



ALIRAN KEBATINAN



DOSEN PENGAMPU:
ABDI Z. SITEPU

DISUSUN OLEH :
OJA JULITA
PIWI APRILIANI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah,kami ucapkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberkahi kami, sehingga laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu.Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan  kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membUKAKAN  jalan yang terang dan menUMPAS dari kebodohan. Tak lupakami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kita dalam penyelasian laporan ini,.Dan tak lupa kami ucapkan maaf atas segala khilaf atas penulisan makalah ini.Karena kami jua hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Semoga apa yang kami sajikan ini berguna bagi kita semua dan dapat membantu dalam segala hal.
Bengkulu 21 Maret 2018


Penyusun













DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

1.      BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….1

a.       Latar belakang ………………………………………………………………………........1

b.      Rumusan masalah………………………………………………………………...……….2

c.       Tujuan …………………………………………………………………..………………..2

2.      BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….…………………..3

a.       Penegrtian aliran kepercayaan dan kebatinan ………………………………..…...……..4

b.      cara beribadah salah satu aliran kebatinan………………………………………...……..4

c.       Sejarah munculnya aliran kepercayaan…………………………………………...……...6

d.      Perbandingan aliran kebatinan dengan agama islam……………………………………..9

3.      Bab III PENUTUP……………………………………………………………….……..16

a.       KESIMPULAN…………………………………………………………………..…….16

DAFTAR PUSTAKA


[1] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2013) hlmn 8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan senyum terbaikmu

menahanmu tak mungkin bagiku melepaspun mungkinkah aku mampu ? penjelasan tak cukup untukku, tidakkah kau mengerti ? ah rasanya k...