Tentang benih yang di timpa tanah hingga ia tumbuh dan bermanfaat

Rabu, 10 Juli 2019

menahanmu tak mungkin bagiku

melepaspun mungkinkah aku mampu ?

penjelasan tak cukup untukku, tidakkah kau mengerti ?

ah rasanya kejam sekali
apakah tak kau temukan cara lain ?

ya, aku tau bukan hanya hatiku yang kehilangan bukan hanya aku yang rindu dan semua pasti butuh waktu.. 
berdamai ! dengan rasa curiga, rasa rindu, rasa takut kehilangan.

dengan sapaan hangat di pelupuk mata terasa berat dan berkaca-kaca terpikirkan apa yang akan terjadi tanpamu... bisakah ?

 merangkai sabar dalm penantian menabur senyum dalam menunggu ku biarkan awan gelap terhapus bersama hembusan angin.

kekasihku ku tahu pasti perjuanganmu ku mohon jangan siakan dan restumu yang kau pinta baik baik ke berikan dengan setulus jiwa..






Selasa, 22 Januari 2019

BERIKAN SENYUM TERBAIKMU

akankah kamu cemberut seharian karena hal sepele yang membuat kamu bad mood... iya… tak semua hal bias di control, tak semua mampu kamu kendalikan tapi semangata kan hadir ketika pikiran positif itu dating dari hati yang tenang … yups memang sulit kawan tapi coba saja merikan sedikit ruang untuk mengambil jeda akan kelelahan hatimu kekalutan fikiranmu dengan memberikan senyum terbaikmu


Bukan berupaya mengendalikan alam semesta tapi kendalikan dirimu untuk menetralkan kekhawatiranmu… tanpa harus mengeluarkan kata yang tak perlu… apapun bentuknya… karna perkataan yang tak sepantasnya (apapun yang tak jenisnya) berasal dari hati yang teraniaya..

tak ada yang melarangmu untuk mengeluarkan emosi mu … luapkan saja… tapi tunggu , belum selesai.. luapkan dengan hal hal yang posistif… 

tidak sama dengan membolak-balikkan telapak tangan kawan kau hanya perlu betulkan isi fikiranmu… tak peduli sebanyak apapun kamu memakan daging kalkun zat serotonin dalam otakmu tak akan bertambah jika fikiranmu negatifan mulu...yuk hidup lebih indah dan bahagia.. jangan lupa bangun lebih awal… sholat subuh berjama'ah, banyakin olah fisik biar gak biasa malas gerak hihihi… (awas ! obesitas) dan ngobrol dengan orang baru.


malaz gerak
kegemukan
jantungan
asam urat
loyo
tralalalalala hehe


nyanyi dulu biar semangat ya...

permbicaraan santai dan ringan dan pasti menghibur ...kamu pasti akan tersenyum bahagia.

temukan sellu dirimu dalam kesyukuran hidup dalm dukungan tuhan tanpa kekuranagn sedikitpun. 

\

Jumat, 18 Januari 2019

surat pengabdian mahasiswa kpi


UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH BENGKULU
FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
Jalan Bali Po.Box.118 Telp. (0736) 22765, Fax. (0736) 26161 Bengkulu 38119
Website : www.ub.ac.id






ketika kamu berhasil membuat suatu hal yang rumit, maka coba gali teus hal hal yang membuat mu bingung... karena jalan dalam labirin kadang bisa tembus dengan terdesak hahaha mari kita coba

hubungan psikologi dngan dakwah


cover

 HUBUNGAN PSIKOLOGI dan DAKWAH



DISUSUN OLEH:

MOHAMMAD IKHSAN                        NPM: 1519240014
NUR ANISA

     DOSEN PEMBIMBING:

   


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wb. Wb
Alhamdulillah penulis haturkan kehadiran Allah SWT, karena atas Rahmat taufik dan hidayahnya sehingga penulis makalah tentang “Hubungan psikologi dan dakwah” dapat terselesaikan tepat pada waktunya  penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, terutama kepada teman-teman yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulis laporan masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu kritik dansaran sangat penulis harapan.Dan semoga laporan dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR ISI

                                                           

Table of Contents

 



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.
Disamping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat  dalam  pemecahan masalah-masalah  kemanusiaan,  baik  ia  sebagai  individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan.2
Dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa  perubahan,  atau  suatu  proses.  Dari  segi  dakwah,  psikologi  banyak memberi jalan pada perumusan tujuan dakwah, pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi seorang Dai atau juru dakwah dengan mempelajari metode psikologi yang mana psikologi dapat memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya menelaah tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan   menetapkan   metode   dakwah   kepada   individu   manusia   yang   merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian, baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar.
Maka yang perlu diperhatikan oleh juru dakwah adalah situasi dan kondisi masyarakat  obyek  khususnya  situasi  psikologisnya.  Manusia  sebagai  makhluk jasmani  dan rohani  yang  unik.  Proses perubahan  dan  perkembangan pribadinya sangat rumit. Maka dai yang menghadapinya juga komplek sehingga peran psikologinya sangat dibutuhkan.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan membawa tugas dan amanah yang sangat berat. Salah satu tugas manusia di bumi ini adalah sebagai khlaifah fil ardh. Setiap manusia memiliki tugas sebagai pemimpin. Dimana seorang pemimpin itu harus mampu menciptakan ketentraman, kedamaian, keadilan dan kesejahteraan. Membenarkan atau mengarahkan segala sesuatu yang dirasa belum baik dan tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah selaku Sang Khalik. manusia memiliki tugas untuk menyeru kepada manusia yang lain yang belum sesuai dengan yang  diperintahkan  Allah.  Manusia  memiliki  kewajiban  beramar  maruf  nahi munkar (baca: dakwah).
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang.
Saat ini banyak sekali fenomena-fenomena negatif yang terjadi di sekitar kita, dalam   artian,   banyak   sekali   umat   manusia   yang   jauh   dari   apa   yang   Allah perintahkan kepada manusia itu sendiri. Tugas lain dari manusia adalah beribadah kepada Allah. bukan hanya manusia saja, tapi jin juga malaikat. Tapi masih banyak sekali manusia yang belum menjalankan tugasnya, maka disinilah juga tugas kita manusia  (baca:  dai)  untuk  meluruskan  hal-hal  yang  seperti  itu  dan  mengajak mereka yang belum menjalankan perintah Allah untuk melaksanakannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Mengingat luasnya bahasan yang berhubungan dengan hubungan psikologi dan dakwah, maka perlu kiranya penulis  memberikan batasan masalah yang akan penulis uraikan  nantinya. Secara garis besarnya Penulis membahas tentang :
1.      Pengertian Pengertian Psikologi dan Dakwah
2.      Esensi Psikologi Dakwah
3.      Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
4.      Pendekatan Psikologi Dakwah
2   Arifin, M.  Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi,  (Jakarta: Bulan  
Bintang,1997),hlm.10-12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian Psikologi dan Dakwah     

Secara harfiah, psikologi artinya ilmu jiwa, berasal dari kata Yunani psyce jiwa dan logos ilmu. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar beriman kepada Allah SWT dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya.
Dengan demikian, psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah SWT. Bila disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.
Pengertian dari Psikologi Dakwah yaitu Psikologi dan Ilmu Dakwah. Pengetahuan tentang Ilmu Jiwa atau Psikologi diperlukan karena Psikologi Dakwah memang merupakan bagian dari Psikologi, yakni Psikologi Terapan. Ilmu Dakwah juga sangat relevan karena Psikologi Dakwah ini adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Boleh jadi pengguna ilmu ini adalah dai yang psikolog yang suka berdakwah.

A.   Psikologi

Secara sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah   laku   manusia   yang   merupakan   gejala   dari   jiwanya.   Sedangkan pengertian atau definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah  ilmu  pengetahuan  yang  mempelajari  tingkah  laku  lahiriah  manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku.
Definisi tersebut di atas mengesankan bahwa kegunaan psikologi terbatas hanya untuk menguraikan atau mengungkap apa yang ada di balik tingkah laku manusia. Dalam keadaan tertentu, kebutuhan seseorang memang dapat saja terbatas hanya ingin mengetahui faktor kejiwaan apa yang menyebabkan tingkah laku tertentu orang lain, tapi disaat yang lain, misalnya bagi seorang yang sedang merencanakan  suatu  kegiatan  yang  melibatkan  banyak  orang  dimana banyak kemungkinan  bisa  terjadi,  maka  psikologi  dapat  membantunya  meramalkan kira-kira tingkah laku apa yang bakal dilakukan oleh sebagian atau keseluruhan dari orang-orang yang diamatinya.
Robert S. Wood-Worth berpendapat bahwa psikologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara  ilmiah  dari  psikologi  dilakukan  dengan  jalan:   mengumpulkan  dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka.3

B.   Dakwah

Secara istilah dakwah berarti mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan kebajikan dan mengikuti  petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah kepada yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.4
Dakwah  menurut  epistemologi  yang  berasal  dari  bahasa  Arab,  kata dakwah berbentuk Isim Masdar yaitu bermakna panggilan, ajakan atau seruan.5
Dalam bahasa Arab, dawat atau dawatun biasa digunakan untuk arti- arti: undangan, ajakan dan seruan yang kesemua menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain. Ukuran keberhasilan undangan, ajakan atau seruan adalah manakala pihak kedua yakni yang diundang atau diajak memberikan respon positif yaitu mau datang dan memenuhi  undangan itu.  Jadi  kalimat dakwah  mengandung  muatan  makna aktif dan menantang, berbeda dengan kalimat tabligh yang artinya menyampaikan.
Ukuran keberhasilan seorang muballigh adalah manakala ia berhasil menyampaikan pesan Islam dan pesannya sampai (wama alaina illa al balagh), sedangkan  bagaimana  respon  masyarakat  tidak  menjadi  tanggung  jawabnya. Dari sini kita juga dapat menyebutkan apa sebenarnya tujuan dari dakwah itu sendiri? Adapun tujuan dari dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah/dai.
Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa dakwah ialah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh dai. Setiap dai agama pun pasti berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka. Dengan demikian pengertian dakwah Islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku islami (memeluk agama Islam).
Sebagai perbuatan atau aktifitas,  dakwah  adalah  peristiwa komunikasi dimana dai menyampaikan pesan melalui lambang-lambang kepada madu, dan madu menerima pesan itu, mengolahnya dan kemudian meresponnya. Jadi, proses saling mempengaruhi antara dai dan madu adalah merupakan peristiwa mental.
Psikologi dakwah merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, maka untuk memberi pengertian tentang obyek psikologi dakwah ini, kita coba terlebih   dahulu   untuk   mencoba   meletakkan   dasar   pertemuan   dengan   jalan meminjam data dari kedua lapisan ilmu tersebut kemudian atas dasar itu maka kita dapat menemukan obyek pembahasan tersendiri.
Psikologi   dakwah   merupakan   kesatuan   analisis   terhadap   tingkah   laku manusia melalui pendekatan psikologi dan dakwah geologis yang terdisipliner. Sebagai pembahasan yang mempedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang lingkup pembicaraan psikologi teoritis khusus, dan juga dalam psikologi praktis aplikatif. 6
Dengan mengacu pada pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa yang tersembunyi dibalik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu.
Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas mempelajari/membahas   tentang   gejala-gejala   hidup   kejiwaan,   baik   dari   dai maupun madu yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
3 Kartono, Kartini. Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 1-2.
4 (Ali Mahfud, 1952: 16).
5 (Ali Mahfud, 1952: 17).
  6 Kafie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah,(Surabaya: Offset Indah, 1993), hlm.6-7.

2.2 Esensi Psikologi Dakwah

Tugas psikologi dakwah adalah memberikan landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta ciri- cirinya,  maka  pesan  dakwah  yang  disampaikan  oleh  juru  dakwah  akan  dapat meresap  dan  diterima  dalam  pribadi  sasarannya  dan  kemudian  diamalkannya kepada perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh  dan  memuaskan  kehidupan  rohaninya.   Disinilah   letak  titik  berat strategi-strategi dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus mempraktekkannya.7

A.    Sasaran Dakwah

Sehubungan  dengan  kenyataan  yang  berkembang  dalam  masyarakat,  bila dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.     Sasaran  yang  menyangkut  kelompok  masyarakat  dilihat  dari  segi  sosiologis    berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.
2.  Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
       3.                        Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat  dilihat  dari  segi sosial kultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
       4.            Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

7 Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. (Pustaka Firdaus: Jakarta. 1997), hlm. 50
5.  Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari okupasinal (profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri (administrator).
          6.         Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
       7.            Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.
       8.            Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana dan sebagainya.
Dan  jika  disebutkan  secara  general,  sasaran  dakwah  ini  adalah  meliputi semua golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan masing-masing memiliki ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-cara yang berbeda- beda dalam berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa madunya, dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan dapat diterima dengan baik oleh madu.

B.     Dakwah Psikologis

Dakwah psikologis atau dakwah yang dilakukan dengan pendekatan jiwa memang sangat penting, turunnya ayat al-Quran secara bertahap merupakan suatu bukti bahwa pendekatan kejiwaan merupakan sesuatu yang tidak boleh diabaikan, begitu pula dengan berbagai peristiwa dakwah yang dialami oleh Rasul SAW. Misalnya dalam turunnya ayat dilarangnya minum khamar, Allah membuat tiga tahapan:
-     peringatan tentang mudharat-nya (QS. 2: 219)
-     pelarangan sholat dalam keadaan mabuk (QS. 4: 43)
-     perintah menjauhi khamar (QS. 5: 90)

2.3   Ruang Lingkup Psikologi Dakwah

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kalimat dawatun dapat diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan, yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dimana pihak pertama (dai) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua (madu). pengalaman   berdakwah   menunjukkan   bahwa   ada   orang   yang   cepat   tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan dan menyerang balik.
Proses penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut psikologi  tidaklah  sesederhana  penyampaian  pidato  oleh  dai  dan  didengar  oleh
hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang suara dan tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan pengolahan informasi, maupun pada proses saling mempengaruhi dari kedua belah pihak.

2.4   Pendekatan Psikologi Dakwah

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan dakwah adalah peristiwa komunikasi. Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia menjadi kelompok manusia yang berfungsi.
Menurut teori komunikasi, (fisher, 1978, hlm. 136-142), proses dakwah dapat dilihat sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pertama, diterimanya stimuli (rangsang) oleh organ-organ penginderaan, berupa orang, pesan, warna atau aroma.
Kedua, rangsang yang diterima madu berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan  dakwah  yang  disampaikan  dai-dai  itu  kemudian  diolah  di  dalam  benak madu (hadirin), dihubung-hubungkan dengan pengalaman masa lalu masing- masing dan disimpulkan juga oleh masing-masing. Meskipun pesan dakwah oleh dai itu dimaksudkan A, tapi kesimpulan madu boleh jadi B, C, atau D.
Ketiga, untuk merespon terhadap ceramah atau seruan ajakan dai (misalnya tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau karena bosan kemudian meninggalkan ruangan), pikiran hadirin bekerja, mengingat-ingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Dari memori itu para hadirin kemudian meramalkan bahwa jika hadirin melakukan tindakan X, maka dai akan melakukan tindakan Y, jika X maka Y.
Keempat, setelah itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan dai, dan respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi dai.
Sebenarnyalah  bahwa  dalam  proses  dakwah,  dalam  arti  interaksi  sosial antara dai dan madu sekurang-kurangnya terkandung tiga makna:
1.   Bahwa, baik dai maupun madu sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi berpikir maupun dari sudut merasa. Madu belajar kepada dai, tapi dai juga belajar kepada umpan balik yang disampaikan oleh madu
2.    Antara dai dan madu terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang- lambang dalam berkomunikasi (tepuk tangan lambang suka, gaduh dan ngantuk lambang penolakan).
3.    Adanya   mekanisme   penyesuaian   diri   antara   dai   dan   madu.   Bentuk penyesuaian diri itu bisa permainan peranan, identifikasi, atau agresi. Jika hadirin ramai-ramai meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal mubalighnya masih pidato di atas mimbar, maka apa   yang   dilakukan   hadirin   menurut   pandangan   psikologi   sebenarnya merupakan penyesuaian diri dari ceramah yang tidak komunikatif.
Proses dakwah dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu sendiri telah tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap, antara lain:
a.    Tahap kognitif, adalah ketika seorang madu mampu menangkap, mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang dai.
b.    Tahap afeksi, adalah tahap berikutnya setelah tahap kognitif. Pada tahap ini, seorang madu diharapkan mampu merasakan dan merenungkan secara lebih mendalam apa yang telah disampaikan oleh dai, tidak hanya sekedar memikirkan saja.
c.    Tahap   psikomotor,   adalah   tahap   dimana   seorang   madu   telah   mampu mengaplikasikan  atau  menjalankan  apa  yang  sebelumnya  telah  disampaikan oleh seorang dai, dan setelah madu melakukan perenungan secara mendalam. Sehingga kesadaran benar-benar muncul dalam diri seorang madu tentang apa sesungguhnya kewajibannya terhadap Tuhannya, apa seungguhnya tugas dan ewajibannya di dunia ini agar pada saat menjalankan tugas dan amanahnya, seorang madu benar-benar melakukan dengan berdasarkan kesadarannya sendiri.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan dakwah.
-      Karena   ketika   seseorang   berdakwah   (dai)   maka   ia   perlu   bahkan   harus mengetahui kondisi psikologis obyek yang didakwahi (madu) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan  suatu  kegiatan  yang  mempengaruhi  orang  lain  agar  mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyariatkan oleh agama (Islam).
-      Dalam mempengaruhi orang lain agar orang lain dapat mengikuti apa yang kita inginkan maka kita harus melakukan beberapa pendekatan, dan bisa dibilang pendekatan psikologis adalah pendekatan yang paling penting dan yang paling berpengaruh apakah nantinya orang lain (madu) itu dapat menerima apa yang disampaikan oleh dai dan menjalankannya.
-      Perlu   kita   ketahui  juga   bahwasannya   tujuan  utama   dari   dakwah  adalah bagaimana nantinya seorang madu dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang dai, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja. Dan bagaimana agar seorang madu benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh dai dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.
Peran psikologi dakwah sangat membantu kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan  dakwah  dapat  berlangsung  dengan  lancar  dan  berhasil  dengan  baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah.


Daftar pustaka


http ://edukasi .kompasiana. com/2010/11/02/apa-itu-psikologi/

http://aryjanoel0.blogspot.com/2010/04/hubungan-psikologi-dengan-ilmu-yang.html


Ancok, Jamaluddin, dan Fuad Nasori Suroso. Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1994.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Kafie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah, Surabaya: Offset Indah, 1993.
Kartono, Kartini. Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju, 1996.
Al-Mubarok. Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Asy-Syifa, 1998. Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdaus: Jakarta. 1997.


berikan senyum terbaikmu

menahanmu tak mungkin bagiku melepaspun mungkinkah aku mampu ? penjelasan tak cukup untukku, tidakkah kau mengerti ? ah rasanya k...